Tradisi penanggalan Jawa dan weton kembali menarik perhatian generasi muda. RAJA168 membahas makna dan filosofi di balik tradisi ini. Pemahaman budaya lokal jadi nilai penting di era digital.
Sistem penanggalan dan Weton dalam kebudayaan Jawa telah lama menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat setempat. Dalam beberapa tahun terakhir, ada kecenderungan meningkatnya minat masyarakat terhadap tradisi ini. Weton, yang merupakan perpaduan antara hari kelahiran menurut kalender Jawa dan pasaran, memiliki peran yang signifikan dalam menentukan berbagai aspek kehidupan, mulai dari karakteristik pribadi hingga kecocokan dalam pernikahan.
Kalender Jawa, yang dikenal juga dengan nama Kalender Hijriyah Surya, adalah sistem penanggalan yang digunakan oleh masyarakat Jawa sejak zaman dahulu. Kalender ini berbasis pada siklus Matahari dan memiliki tahun yang dibagi menjadi 12 bulan, mirip dengan kalender Masehi. Namun, setiap bulannya memiliki jumlah hari yang berbeda-beda, sesuai dengan perhitungan dan kepercayaan yang telah turun-temurun di Jawa.
Weton merupakan konsep unik yang menggabungkan dua siklus waktu berbeda: siklus pekanan yang terdiri dari tujuh hari dan siklus pasaran yang terdiri dari lima hari, yaitu Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Kombinasi dari hari kelahiran dan pasaran ini menghasilkan 35 kombinasi weton yang berbeda, dan setiap kombinasi memiliki karakteristik tersendiri yang dipercaya dapat mempengaruhi nasib dan kepribadian seseorang.
Dalam masyarakat Jawa, weton tidak hanya sebatas penanda hari kelahiran seseorang tetapi juga memiliki fungsi yang lebih luas, yaitu untuk menentukan kecocokan jodoh dan jenis pekerjaan yang cocok. Misalnya, seseorang dengan weton tertentu mungkin dianggap lebih cocok untuk pekerjaan di bidang pemerintahan daripada di sektor swasta, atau sebaliknya. Demikian pula dalam pernikahan, weton digunakan untuk menilai keharmonisan pasangan, di mana beberapa kombinasi weton dianggap lebih harmonis dibandingkan yang lain.
Banyak yang percaya bahwa weton seseorang dapat menggambarkan kepribadian dan potensi nasib yang akan dihadapi. Misalnya, orang yang lahir pada 'Legi' cenderung dikenal memiliki kepribadian yang lembut dan pekerja keras, sedangkan yang lahir pada 'Kliwon' sering dikaitkan dengan sifat yang keras dan tegas. Kepercayaan ini sangat berakar dan sering kali dijadikan acuan dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan budaya di Jawa.
Di era modern, minat terhadap weton dan penanggalan Jawa mengalami kebangkitan. Banyak kalangan muda yang kembali tertarik untuk mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari perencanaan pernikahan hingga pemilihan hari baik untuk memulai usaha. Selain itu, dengan adanya digitalisasi, informasi mengenai weton kini lebih mudah diakses oleh masyarakat luas, memberikan kesempatan bagi lebih banyak orang untuk menggali dan memahami kekayaan budaya ini lebih dalam.
Tradisi penanggalan dan weton Jawa adalah warisan budaya yang kaya akan nilai dan filosofi. Kebangkitan minat terhadap tradisi ini menunjukkan bahwa banyak orang mulai menyadari pentingnya mempertahankan dan memahami warisan leluhur sebagai bagian dari identitas dan kearifan lokal. Dengan pemahaman yang lebih mendalam, diharapkan tradisi ini akan terus terjaga dan memberikan nilai tambah dalam kehidupan masyarakat modern.